Jam'iyah Maulid Simthudduror

Jam'iyah Maulid Simthudduror
Membangun Generasi Muda Berahlakulkarimah Dan Cinta Sholawat.

Jumat, 28 Oktober 2011

Sejarah wali

Masjid Agung Demak merupakan
masjid tertua di Pulau Jawa,
didirikan Wali Sembilan atau Wali
Songo. Lokasi Masjid berada di
pusat kota Demak, berjarak + 26 km
dari Kota Semarang, + 25 km dari
Kabupaten Kudus, dan + 35 km dari
Kabupaten Jepara.
Masjid ini merupakan cikal bakal
berdirinya kerajaan Glagahwangi
Bintoro Demak. Struktur bangunan
masjid mempunyai nilai historis seni
bangun arsitektur tradisional khas
Indonesia. Wujudnya megah,
anggun, indah, karismatik,
mempesona dan berwibawa. Kini
Masjid Agung Demak difungsikan
sebagai tempat peribadatan dan
ziarah.
Penampilan atap limas piramida
masjid ini menunjukkan Aqidah
Islamiyah yang terdiri dari tiga
bagian ; (1) Iman, (2) Islam, dan (3)
Ihsan. Di Masjid ini juga terdapat
“Pintu Bledeg”, bertuliskan “Condro
Sengkolo”, yang berbunyi Nogo
Mulat Saliro Wani, dengan makna
tahun 1388 Saka atau 1466 M, atau
887 H.
Raden Fattah bersama Wali Songo
mendirikan Masjid Maha karya abadi
yang karismatik ini dengan memberi
prasasti bergambar bulus. Ini
merupakan Condro Sengkolo
Memet, dengan arti Sariro Sunyi
Kiblating Gusti yang bermakna
tahun 1401 Saka. Gambar bulus
terdiri dari kepala yang berarti angka
1 ( satu ), kaki 4 berarti angka 4
( empat ), badan bulus berarti angka
0 ( nol ), ekor bulus berarti angka 1
( satu ). Bisa disimpulkan, Masjid
Agung Demak berdiri pada tahun
1401 Saka.
Soko Majapahit , tiang ini
berjumlah delapan buah terletak di
serambi masjid. Benda purbakala
hadiah dari Prabu Brawijaya V
Raden Kertabumi ini diberikan
kepada Raden Fattah ketika menjadi
Adipati Notoprojo di Glagahwangi
Bintoro Demak 1475 M.
Pawestren, merupakan bangunan
yang khusus dibuat untuk sholat
jama’ah wanita. Dibuat
menggunakan konstruksi kayu jati,
dengan bentuk atap limasan berupa
sirap ( genteng dari kayu ) kayu jati.
Bangunan ini ditopang 8 tiang
penyangga, di mana 4 diantaranya
berhias ukiran motif Majapahit. Luas
lantai yang membujur ke kiblat
berukuran 15 x 7,30 m. Pawestren
ini dibuat pada zaman K.R.M.A.Arya
Purbaningrat, tercermin dari bentuk
dan motif ukiran Maksurah atau
Kholwat yang menerakan tahun
1866 M.
Surya Majapahit, merupakan
gambar hiasan segi 8 yang sangat
populer pada masa Majapahit. Para
ahli purbakala menafsirkan gambar
ini sebagai lambang Kerajaan
Majapahit. Surya Majapahit di Masjid
Agung Demak dibuat pada tahun
1401 tahun Saka, atau 1479 M.
Maksurah , merupakan artefak
bangunan berukir peninggalan masa
lampau yang memiliki nilai estetika
unik dan indah. Karya seni ini
mendominasi keindahan ruang
dalam masjid. Artefak Maksurah
didalamnya berukirkan tulisan arab
yang intinya memulyakan ke-Esa-an
Tuhan Allah SWT. Prasasti di dalam
Maksurah menyebut angka tahun
1287 H atau 1866 M, di mana saat itu
Adipati Demak dijabat oleh K.R.M.A.
Aryo Purbaningrat.
Pintu Bledheg, pintu yang konon
diyakini mampu menangkal petir ini
merupakan ciptaan Ki Ageng Selo
pada zaman Wali. Peninggalan ini
merupakan prasasti “Condro
Sengkolo” yang berbunyi Nogo
Mulat Saliro Wani, bermakna tahun
1388 Saka atau 1466 M, atau 887 H.
Mihrab atau tempat pengimaman,
didalamnya terdapat hiasan gambar
bulus yang merupakan prasasti
“Condro Sengkolo”. Prasasti ini
memiliki arti“Sariro Sunyi Kiblating
Gusti”, bermakna tahun 1401 Saka
atau 1479 M (hasil perumusan
Ijtihad). Di depan Mihrab sebelah
kanan terdapat mimbar untuk
khotbah. Benda arkeolog ini dikenal
dengan sebutan Dampar Kencono
warisan dari Majapahit.
Dampar Kencana , benda arkeologi
ini merupakan peninggalan
Majapahit abad XV, sebagai hadiah
untuk Raden Fattah Sultan Demak I
dari ayahanda Prabu Brawijaya ke V
Raden Kertabumi. Semenjak tahta
Kasultanan Demak dipimpin Raden
Trenggono 1521 – 1560 M, secara
universal wilayah Nusantara
menyatu dan masyhur, seolah
mengulang kejayaan Patih Gajah
Mada.
Soko Tatal / Soko Guru yang
berjumlah 4 ini merupakan tiang
utama penyangga kerangka atap
masjid yang bersusun tiga. Masing-
masing soko guru memiliki tinggi
1630 cm. Formasi tata letak empat
soko guru dipancangkan pada
empat penjuru mata angin. Yang
berada di barat laut didirikan Sunan
Bonang, di barat daya karya Sunan
Gunung Jati, di bagian tenggara
buatan Sunan Ampel, dan yang
berdiri di timur laut karya Sunan
Kalijaga Demak. Masyarakat
menamakan tiang buatan Sunan
Kalijaga ini sebagai Soko Tatal.
Situs Kolam Wudlu . Situs ini
dibangun mengiringi awal
berdirinya Masjid Agung Demak
sebagai tempat untuk berwudlu.
Hingga sekarang situs kolam ini
masih berada di tempatnya
meskipun sudah tidak dipergunakan
lagi.
Menara, bangunan sebagai tempat
adzan ini didirikan dengan
konstruksi baja. Pemilihan
konstruksi baja sekaligus menjawab
tuntutan modernisasi abad XX.
Pembangunan menara diprakarsai
para ulama, seperti
KH.Abdurrohman (Penghulu Masjid
Agung Demak), R.Danoewijoto,
H.Moh Taslim, H.Aboebakar, dan
H.Moechsin .
http://www.demakkab.go.id/
index.php?
option=com_content&view=article&id=102&Itemid=91

Tidak ada komentar:

Posting Komentar